Kamis, 31 Desember 2015

KONSEP DASAR KELUARGA DAN LAPORAN PENDAHULUAN ANAK KURANG GIZI
 A. DEFINISI
 Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati 2008).
B. CIRI-CIRI KELUARGA
1.      Diikat tali perkawinan
2.      Ada hubungan darah
3.      Ada ikatan batin
4.      Tanggung jawab masing –masing
5.      Ada pengambil keputusan
6.      Kerjasama
7.      Interaksi
8.      Tinggal dalam suatu rumah

C.    STRUKTUR KELUARGA
Ciri - Ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi 3 yaitu:
1.      Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2.      Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing -masing.
3.      Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing - masing.



Struktur Keluarga (Ikatan Darah) :
1.      Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ayah.
2.      Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ibu.
3.      Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri.
4.      Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami.
5.      Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.
D.    PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998), adalah sebagai berikut :
1.      Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.      Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3.      Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
E.     TIPE KELUARGA
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2004)
1.      Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.      Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas berkembang menjadi: (Suprajitno, 2004)
1.      Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2.      Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3.      Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4.      Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
5.      Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting family).
6.      Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and lesbian family).

Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
1.      Keluarga inti (Nuclear Family) : adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
2.      Keluarga besar (Extended Family) : adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3.      Keluarga berantai (Serial Family) : adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
4.      Keluarga duda atau janda (Single Family) : adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5.      Keluarga berkomposisi (Compocite) : adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
6.      Keluarga kabitas (Cahabitation) : adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
F.     FUNGSI KELUARGA
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1.      Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2.      Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3.      Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4.      Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.      Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati, 2008).
G.    TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)
1.      Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/ keluarga.
2.      Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan untuk mengobati sendiri.\
3.      Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4.      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5.      Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
H.    TUGAS PERKEMBANGAN SESUAI DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN (DUVAL)
(SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE)
1. Keluarga baru menikah
·         membina hubungan Intim
·         bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial
·         mendiskusikan rencana punya anak

2. Keluarga. Dengan anak baru lahir
·         persiapan menjadi orang tua
·         adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
·         memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman
·         membantu anak untuk bersosialisasi
·         mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar
·         pembagian tanggung jawab
·         kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
·         membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
·         mempertahankan keintiman pasangan
·         memenuhi kebutuhan yang meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja
·         memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
·         mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga
·         komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
·         persiapan perubahan sistem peran
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
·         perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended
·         pertahankan keintiman pasanagan
·         membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
·         penataan kembali peran orang tua
7.Keluarga usia pertengahan
·         pertahankan kesehehatan individu dan pasangan usia pertengahan
·         hubungan serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya
·         meningkatkan keakraban pasangan
8.Keluarga usia tua
·         pertahankan suasana saling menyenangkan
·         adapatasi perubahan : kehilangan pasangan,kekurangan fisik, penghasilan
·         pertahankan keakraban pasangan
·         melakukan life review masa lalu

KONSEP KURANG GIZI
A.    TINAJUAN TEORI
1.      DEFINISI GIZI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

2.      DEFINISI KURANG GIZI
Menurut  Supariasa (2002:18), malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun  absolut saat lebih zat gizi
Menurut Ngastiyah (2005:258), gizi kurang pada keadaan awalnya tidak ditentukan kelainan biokimia tapi pada keadaan lanjut akan didapatkan kadar albumin rendah, sedangkan globulin meninggi.
Sedangkan menurut Almatsier(2002: 303), Gizi kurang disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi secara umum dan kurang sumber  protein.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Gizi kurang adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang sumber protein, penyerapan yang buruk atau kehilangan zat gizi secara berlebih.

3.      FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG
a.       Tidak tersedianya makanan secara adekuat Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
b.      Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
c.       Pola makan yang salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk.
d.      Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu ( misalnya tidak memberikan anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak menjadi sering sakit (frequent infection)
a.       Infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

4.      PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.  Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitubhost, agent, environment (Supariasa, 2002).  Memang faktor diet makanan memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan dalam keadaan keluarga makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.  Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak, merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.  Akibat katabolisme protrein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera di ubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal selama puasa jaringan lemak di pecah jadi asam lemak, gliseraal dan keton bodies, asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makan ini berjalan menahun.  Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh tubuh.
Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host dan environment) yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan zat gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan, apabila keadaan ini berlangsung lama.  Maka simpanan zat gizi ini akan habis ahirnya terjadi pemerosotan jaringan.  Pada saat ini orang sudah dapat digolongkan sebagai malnutrisi , walaupun hanya baru dengan ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Patofisiologi menurut Nurcahyono (2007), Pada keadaan ini yang muncul adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses psikologis untuk kelangsungan jaringan hidup.  Tubuh memerlukan energi dan dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan




5.      PATHWAYS



6.      MANIFESTASI KLINIS
a.       Marasmus
Menurut Anggoro (2007) marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein  lebih terpakai sehingga anak menajdi kurus dan emosional dan tanda-tanda kurus (simpanan lemak dan protein yang disertai gangguan fisiologi sampai terjadinya oedem aktivitas metabolik normal/rendah).
Menurut Sugiono (2007) marasmus merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI. Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh. Hampir selalu disertai terjadinya infeksi. Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.
Menurut Purhadi (2007) Marasmus umumnya dialami masyarakat yang menderita kelaparan. Marasmus adalah permasalahan serius yang terjadi di Negara-negara berkembang.  Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di Negara berkembang berkaitan dengan defisiensi energi dan protein sekaligus. Marasmus juga umum terjadi pada anak-anak miskin perkotaan, anak-anak dengan penyakit kronik dan akan-anak dipenjara. Tingginya jumlah penderita marasmus tak hanya menimbulkan resiko kematian tapi juga menyebabkan syaraf otak tidak berkembang optimal.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein lebih terpakai sehingga anak menjadi kurus dan emosional yang diakibatkan oleh kelaparan secara menyeluruh.
Menurut Nurcahyo (2007). Pada keadaan ini yang menyolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh yang memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus dapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi juga untuk memungkinkan sintesis  glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatic. Oleh karena itu pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumia.
Tanda dan Gejala Menurut Hamzah (2006) tanda-tanda marasmus adalah :
a)       Otot akan mengecil/atrofi
b)      Apatis
c)      Sangat kecil/kurus
d)     BB kurang, tidak sesuai umur
e)      Kulit kedodoran
f)       Muka seperti orang tua dan kulit kering
g)      Perut buncit dengan gambaran usus yang nyata
h)      Vena superfisialis tampak jelas , ubun-ubun cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.

b.      Kwashiorkor
Menurut Ngastiyah (2005) kwashiorkor adalah gangguan gizi disertai dengan edema. Sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein. Penyakit kwashiorkor umunya terjadi pada anak dari keluarga social ekonomi yang rendah karena tidak mampu membeli makanan yang mengandung protein hewani seperti : daging, hati, usus, susu, dsb. Sebenarnya selain protein hewani protein nabati terdapat pada kedelai, kacang-kacangan juga dapat menghindarkan kekurangan protein tersebut apabila diberikan, tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua anak menderita defisiensi protein ini. Sering kurangnya pengetahuan juga adanya factor takhayul turut menjadi penyebab pula. Kwashiorkor biasanya dijumpai pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa disapih dan pada anak pra sekolah yang merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya.
Menurut Widodo (2005) kwashiorkor adalah gangguan gizi karena kekurangan protein biasa sering disebut busung lapar. Gejala yang timbul diantaranya adalah tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kwashiorkor adalah suatu keadaan gangguan gizi yang diakibatkan karena kurangnya protein dalam tubuh.
Menurut Judarwanto (2005) pada kwashiorkor yang klasik gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan ederma dan perlemean hati. Kelainan ini merupakan gejala yang mencolok. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar sehingga kemudian timbul ederma.
Gejala Klinis Menurut Aditya (2006), gejala klinis kwashiorkor adalah :
a)      Oedem di seluruh tubuh terutama kaki
b)       Wajah membulat dan sembab
c)      Otot-otot mengecil lebih nyata apabila diperiksa dalam posisi berdiri dan duduk.
d)     Perubahan status mental, cengeng, rewel, kadang apatis.
e)      Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
f)       Pembesaran hati
g)      Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
h)      Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas
i)         Pandangan mata anak tampak sayu
j)        Penatalaksanaan
Menurut Hamzah (2006) prinsip pengobatan kwashiorkor adalah:
a.       Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologi tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin, dan mineral.
b.      Makanan harus mudah dicerna dan diserap.
c.       Makanan yang diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah
d.      Penanganan terhadap penyakit penyerta
e.       Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi tambahan.

7.      STATUS GIZI
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Perlunya deteksi dini status gizi mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak.
Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Langkah awal pengelolaan gizi buruk adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkannya, dilanjutkan dengan "frekuen feeding" (pemberian makan yang sering, pemantauan akseptabilitas diet penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan infeksi dan pemberian stimulasi. Perlunya pemberian diet seimbang, cukup kalori dan protein serta pentingnya edukasi pemberian makan yang benar sesuai umur anak, Pada daerah endemis gizi buruk perlu distribusi makanan yang memadai.
Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi ditentukan berdasarkan Z-SCORE berdasarkan berat badan (kg) terhadap umur (bulan) yang diklasifikasikan sebagai berikut :
·         Gizi Lebih: apabila berat badan balita berada > +2 SD (Standar Deviasi)
·         Gizi Baik : apabila berat badan balita berada antara <-2 SD
·         Gizi Buruk: apabila berat badan balita <-3 SD

a.       Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
1)      Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
a)      Indeks Masa Tubuh (IMT) Atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2
Kategori
Keterangan
IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
<>
Kurus sekali
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 – 18,4
Normal
Normal
18,5 – 25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,1 – 27,0
Obes
Kelebihan berat badan tingkat berat
> 27,0
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.






















KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Data biografi
Sering terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, ras, tradisi dan kebiasaan turun temurun terutama mengenai makanan, dan lingkungan fisik.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sebelum sakit
Pernah menderita BBLR/penyakit infeksi/trauma/kanker. Kebiasaan berobat ke Puskesmas/RS, dan adanya alergi.

b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama biasanya nafsu makan menurun. Proses terjadinya sakit diawali pemberian asupan makanan yang kadar proteinnya kurang dalam waktu cukup lama/ adanya riwayat BBLR, penyakit infeksi, trauma, dan kanker.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada tidaknya penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga maupun penyakit yang sedang diderita oleh anggota keluarga.
3. Riwayat kehamilan
Menjelaskan ada tidaknya kelainan pada waktu kehamilan, seperti pendarahan pervagina, trauma, penyakit serta minum obat-obatan dan kebiasaan makan.
4. Riwayat kelahiran
Adanya riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
5. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
a. Pertumbuhan
1)   BB saat lahir: Normalnya pada bayi lahir cukup bulan adalah 3280 sampai 3400 gram.
2)   BB dan TB pada usia 6 bulan: Normalnya BB 7,4 kg dengan TB 66 cm.
3)   BB dan TB pada usia 12 bulan: Normalnya BB 9,9 kg dengan TB 74,5 cm.
b. Perkembangan motorik
1)   Dapat menghisap pada usia: normalnya umur 0-4 bulan.
2)   Dapat menggenggam pada usia: normalnya sekitar 1 bulan.
3)   Dapat tengkurap pada usia: normalnya pada usia 5 bulan.
4)   Dapat duduk pada usia: Normalnya usia 7-8 bulan.
5)   Dapat berdiri dengan bantuan pada usia: Normalnya pada usia 9 bulan.
6)   Dapat berdiri sendiri pada usia: Normalnya pada usia 10 bulan.
6. Riwayat makanan
a.    ASI: Normal pada usia 0-12 bulan.
b.    Makanan tambahan: ya/tidak. Jenisnya berupa bubur/bubur susu dan lain-lain.
c.    Pemberian vitamin: ya/tidak.
7. Riwayat imunisasi
a.    BCG pada umur: Pemberian imunisasi BCG satu kali pada umur bayi umur 2 atau 3 bulan.
b.    Polio pada umur: Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah empat kali antara umur 0-11  bulan dengan interval pemberian 4 minggu.
c.    DPT pada umur: Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu.
d.   Hepatitis  B pada umur: Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah tiga kali pada usia antara 0-11 bulan.
e.    Lain-lain: Imunisasi Campak, Tiphus abdominalis, dan lain-lain.
8. Observasi
a.    Keadaan umum: kurus.
b.    Tanda-tanda vital: TD, nadi, dan pernafasan menurun (pada marasmus) dan takikardi, tekanan darah meningkat (pada kwasiokor).
9. Pemeriksaan fisik
a.    Rambut: berwarna kusam, kering, tipis, mudah dicabut.
b.    Wajah: membengkak, sembab (pada kwasiokor), wajah seperti orang tua (pada marasmus), terdapat flek hitam di bawah mata,, pembesaran kelenjar parotis, pembengkakan kelenjar gondok dan kelenjar parotis.
c.    Mata: koncjungtiva pucat dan kering, kornea kering.
d.    Bibir: kering.
e.    Lidah: membengkak, kemerahan, kasar, papila atrofi.
f.    Gigi: tanggal/ berlubang.
g.    Gusi: mudah berdarah.
h.    Kulit: kering, jaringan lemak bawah kulit berkurang/ hilang, pelagra (kulit kasar), edema (pada kwasiokor).
i.      Kuku: rapuh.
j.      Ektremitas: adanya atropi tonus otot dan tidak dapat berjalan dengan baik, dapat terjadi edema pada kwasiokor.
k.    Jantung: ritme tak normal, adanya pembesaran jantung.
l.      Perut: terdapat pembesaran hepar/ hepatomegali (biasanya ada penyakit lain).

10  Pola fungsi kesehatan
a.    Kebutuhan nutrisi
 Adanya mual, muntah, rasa haus, sakit mulut, kesukaran makan, masalah pencernaan, berat badan menurun dan lain-lain.
b.    Istirahat dan tidur:
Anak cengeng dan rewel dan kesulitan tidur.
c.    Persepsi diri-konsep diri:
Anak gelisah.
d.   Aktifitas
Anak lemas dan malas beraktifitas.
e.    Personal Hygiene:
 Karena anak lemas dan beraktifitas, sehingga untuk kebersihannya juga tidak terpenuhi secara optimal.
11. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaaan Antropometri
Meliputi tinggi badan, berat badan, tebal lipatan kulit dan lengan.
1) Tinggi badan
Nilai tinggi badan normalnya pada anak:
a)    Usia 0-6 bulan: 60 cm
b)   Usia 6-12 bulan: 71 cm
c)    Usia 1-3 tahun: 90 cm
d)   Usia 4-6 tahun: 112 cm

2)   Berat badan
3)   Tebal lipatan kulit
Salah satu teknik pengukuran komposisi lemak tubuh adalah dengan menggunakan Skinfold Caliper. Bagian-bagian tubuh yang umumnya diukur adalah tricep, bicep, subscapula dan suprailliac.
4)   Lingkar lengan
b.    Pemeriksaan laboratorium:
1)   Hb
a)    Usia 1-3 hari (normal: 14,5-22,5 g/dL)
b)   Usia 2 bulan (normal: 9,0-14,0 g/dL)
2)   Protein plasma, seperti albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein.
c.    Terapi diit:
1)   Pemberian diet dengan protein.                                           
2)   Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.

2, Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif b/d Ketidakmampuan keluarga mengenal  masalah.
2. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan  b/d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah







\
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, U. 2003, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Baduta (6-23 bulan) pada Keluarga Miskin & Tidak Miskin di Kota Bandar Lampung, FKMUI
FK UI. 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan kesebelas, Bagian Ilmukesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
Hidayati, 2000. Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Balita dan Keluarga di Provinsi Sumatera Barat Tahun 1998, Skripsi, FKM-UI, Depok
Hadi, I. 2005, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Neglasari dan Kedaung Wetan, Skripsi, FKM-UI, Depok
Hermann, W. 2003, ‘USDA Nutrient Database’, American Journal of Clinical Nutr.
Hermansyah, 2002, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian KEP Anak Umur 6-59 Bulan Pada Keluarga Miskin di Kota Sawah Lunto, Tesis, FKMUI
Supriatna, N. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Usia 24-60 Bulan di Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka, FKM-UI
Susanto,MKM. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT/U pada Balita Vegetarian Lakto Ovo dan Non Vegetarian di DKI Jakarta, 2008

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar