Kamis, 31 Desember 2015

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS
A. PENGERTIAN
 Sepsis adalah suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik (inflammatory sytemic rection) yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri, virus, jamur atau parasit. Selain itu, sepsis dapat juga disebabkan oleh adanya kuman-kuman yang berproliferasi dalam darah dan osteomyelitis yang menahun. Efek yang sangat berbahaya dari sepsis adalah terjadinya kerusakan organ dan dalam fase lanjut akan melibatkan lebih dari satu organ. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain.
 Sepsis adalah suatu sindroma radang sistemik yang ditandai dengan gejala-gejala: demam atau hipotermi, menggigil, takipnea, takikardia, hipotensi, nadi cepat dan lemah serta gangguan mental yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (Rasional, 2002).
Sepsis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70% (pseudomonas auriginosa, klebsiella, enterobakter, echoli, proteus, neiseria). Infeksi bakteri gram positif 20-40% (stafilokokus aureus, stretokokus, pneumokokus), infeksi jamur dan virus 2-3% (dengue hemorrhagic fever, herpes viruses), protozoa (malaria falciparum) (Japardi, 2002).
Salah satu bakteri gram negatif yang dapat menimbulkan sepsis adalah Neisseria meningitidis. Bakteri ini dalam tubuh manusia menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan meningitis (Shulman, 1994).
B. ETIOLOGI
            Mikroorganisme penyebab yang paling umum dari syok sepsis adalah bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti gram positif dan virus juga dapat menyebabkan syok sepsis. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivitas berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada pembesaran cairan dari kapiler dan fasodilatasi adalah dua efek tersebut.
C. PATOFISIOLOGI
 Syok sepsis dibagi menjadi dua fase yang berbeda yaitu :
 1.      Fase Hangat (hiperdinamik)
 Fase ini mereupakan fase pertama dari syok sepsis yang ditandai dengan tingginya curah jantung dan vasodilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau hipertermik dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat. Haluaran urin apat meningkat atau tetap dalam kadar normal Status gastrointestinal mungkin terganggu seperti yang dibuktikan oleh mual, muntah, atau diare.
 2.      Fase Dingin (hipodinamik)
 Fase ini merupakan fase lanjut dari syok sepsis/ pada fase ini di tandai dengan curah jantung yang rendah dengan vasokonstriksi yang mencerminkan upaya tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan volume intravaskular melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien menurun, dan kulit dingin serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dibawah normal. Frekuensi jantung dan pernafasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin dan dapat terjadi kegagalan organ multiple.
 D. TANDA DAN GEJALA
 Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda tanda sepsis non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah, atau kebingungan.
Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
§  Perubahan sirkulasi
§  Penurunan perfusi perifer
§  Tachycardia
§  Tachypnea
§  Pyresia atau temperature <36oc
§  Hypotensi
Pasien harus mempunyai sumber infeksi yang terbukti atau yang dicurigai (biasanya bakteri) dan mempunyai paling sedikit dua dari persoalan-persoalan berikut: denyut jantung yang meningkat (tachycardia), temperatur yang tinggi (demam) atau temperatur yang rendah (hypothermia), pernapasan yang cepat (>20 napas per menit atau tingkat PaCO2 yang berkurang), atau jumlah sel darah putih yang tinggi, rendah, atau terdiri dari >10% sel-sel band. Pada kebanyakan kasus-kasus, adalah agak mudah untuk memastikan denyut jantung (menghitung nadi per menit), demam atau hypothermia dengan thermometer, dan untuk menghitung napa-napas per menit bahkan di rumah. Adalah mungkin lebih sulit untuk membuktikan sumber infeksi, namun jika orangnya mempunyai gejala-gejala infeksi seperti batuk yang produktif, atau dysuria, atau demam-demam, atau luka dengan nanah, adalah agak mudah untuk mencurigai bahwa seseorang dengan infeksi mungkin mempunyai sepsis. Bagaimanapun, penentuan dari jumlah sel darah putih dan PaCO2 biasanya dilakukan oleh laboratorium. Pada kebanyakan kasus-kasus, diagnosis yang definitif dari sepsis dibuat oleh dokter dalam hubungan dengan tes-tes laboratorium.
Gejala khas sepsis -> Dikatakan sepsis jika mengalami dua atau lebih gejala di bawah ini:
§  Suhu badan> 380 C atau <360 C
§  Heart Rate >9O;/menit
§  RR >20 x/menit atau PaCO< 32 mmHg
§  WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

 E. KOMPLIKASI
1.      Meningitis
2.      Hipoglikemi
3.      Aasidosis
4.      Gagal ginjal
5.      Disfungsi miokard
6.      Perdarahan intra cranial
7.      Icterus
8.      Gagal hati
9.      Disfungsi system saraf pusat
10.    Kematian
11.    Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan yang antara lain:
1.   Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
2.   SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) d4engan peningkatan pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
3.   Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4.   Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
5.   PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
6.   Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
7.   Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam metabolisme
8.   BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi, ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.
9.   GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia menyerupai infark miokard




G. PENCEGAHAN
1. Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri Gram- negatif
2. Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk mencegah pneumonia Gram–negatif ,nasokomial
3. Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang berhasil karena sebagian besar infeksi berasal dari dalam ( endogen )
H. MANAJEMEN TERAPI
Manajemen terapi pasien dengan sepsi mengikut urutan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi penyebab sepsis
2. Menghilangkan penyebab sepsis bila penyebab telah ditemukan
3. Berikan antibiotika sesegera mungkin (sesuai hasil k/s)
4. Pertahankan perfusi jaringan
5. Hindari disfungsi organ – organ tertentu seperti penurunan urine output
6. Bila terjadi shock septik, management therapinya adalah;
a. Resusitasi jantung paru
b. Perawatan supportif (pendukung)
c. Monitoring vital sign dan perfusi jaringan
d. Therapi / antimikrobial sesuai hasil k/s
e. Menghilangkan infeksi
f. Memberikan / mempertahankan perfusi jaringan
g. Pemberian cairan intravena
h. Pertahankan cairan intravena
i. Pertahanakan cardiac out put (obat vasopresor balik)
j. Kontrol sumber sepsis










KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 
a) Pengkajian primer selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
· yakinkan kepatenan jalan napas
· berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
· jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
Breathing 
· kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
· kaji saturasi oksigen
· periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis
· berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
· auskultasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
· periksa foto thorak
Circulation
· kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
· monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
· periksa waktu pengisian kapiler
· pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
· berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
· pasang kateter
· lakukan pemeriksaan darah lengkap
· siapkan untuk pemeriksaan kultur
· catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC
· siapkan pemeriksaan urin dan sputum
· berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi organJika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
· Penurunan fungsi ginjal
· Penurunan fungsi jantung
· Hyposia
· Asidosis
· Gangguan pembekuan
· Acute respiratory distress syndrome (ards) – tanda cardinal oedema pulmonal.

b) Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
a) Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
2. Sirkulasi
a) Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena embolik (darah, udara, lemak)
b) Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
c) Heart rate : takikardi biasa terjadi
d) Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
e) Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
3. Integritas Ego
a) Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
b) Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
4. Makanan/Cairan
a) Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
b) Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel sounds
5. Neurosensori
Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi motorik
6. Respirasi
a) Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
b) Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
7. Rasa Aman
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah, episode anaplastik
8. Seksualitas
Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko infeksi b.d penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi, infeksi nosokomial.
2. Hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme penyakit, dehidrasi, efek langsung dari endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature.
3. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan b.d hipovolemi rewlatif/ actual, reduksi aliran darah pada vena atau arteri, vasoonmstriksi selektif.
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d peningkatan vasodilatasi massif/ kompartemen vaskuler, permeabilitas kapiler/ kebocoran cairaqn kedalam lokasi interstitial (ruang ketiga).
5.Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan dan adanya edema


C. Intervensi Keperawatan
1.   Resiko infeksi b.d penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi, infeksi nosokomial.
Tujuan : Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari sekresi purulen/ drainase atau eritema dan afebris
Implementasi :
  1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
 R : Mengurangi kontaminasi
  1. Dorong penggantian posisi sering, nafas daam/ batuk
 R : Bersihan paru yang baik mencegh pneumonia
  1. Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka
 R : Mencegah penyebaran infeksi/ ontaminasi
  1. Gunakan teknik steril pada setiap tindakan: ganti balut, Suction, kateter urinarius dll.
 R : Mencegah asuknya bakteri, mengurangi infeksi nosokomial
  1. Ambil specimen urin, darah, sputum, luka
R : Identifiksi terhadap portal entri dan organisme penyebab septisemia dalah penting bagi efektivitas pengobatan
  1. Berikan obat anti infekasi sesuai advis dokter
 R :  Memberikan imunitas sementra untuk infeksi umum atau penyakit khusus.

2.   Hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme penyakit, dehidrasi, efek langsung dari endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature
Tujuan: Menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan, tidak mengalami komplikasi yang berhubungan


Implementasi :
  1. Pantau suhu pasien
R : suhu lebih dari normal menunjukkan infeksius akut
  1. Berikan kompres hangat
R : dapat membantu mengurangi demam
  1. Berikan antiseptik
R : Untuk mengurangi demam
  1. Berikan selimut pendingin
R : Untuk mengurangi demam pada waktu terjadi gangguan pada otak

3.   Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan b.d hipovolemi rewlatif/ actual, reduksi aliran darah pada vena atau arteri, vasoonmstriksi selektif
Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital sign stabil, nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat kesadarn umum, haluaran urinarius individu yanfsesuai dan bising usus aktif.

Implementasi :
  1. Pertahankan tirah baring: bantu perawatan pasien
R : Menurunkan
  1. Pantau TTV pasien     
R : Memantau TTV pasien
  1. Pantau frekuensi dan irama jantung
R : bila terjadi takikardi mengacu pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis  untuk menentukan respond an untuk menggantikan kerusdakan pada hipovolemia relative Dan hipertensi
  1. Perhatikan kualitas/ kekuatan dari denyut jantung
R : pada awala nadi cepat karena peningkatan curah jantung
  1. Catat haluaran urinarius setiap jam dan berat jenisnya
R : penurunan haluaran urin dengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penuruynan perfungsi ginjal yang dihubungkan dengan perpindahan cairan dan vasokonstriksi relatif
  1. Auskultasi bising usus
R : penurunan aliran darah pada ,esenterium menurunkan peristaltik
  1. Berikan cairan parenteral
R : Untuk memepertahankan perfusi jaringan
  1. Berikan suplemen O2
R : Memaksimalkan Oyang tersedia untuk masukan seluler


4.   Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d peningkatan vasodilatasi massif/ kompartemen vaskuler, permeabilitas kapiler/ kebocoran cairaqn kedalam lokasi interstitial (ruang ketiga)
Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital sign stabil, nadi perifer jelas

Implementasi :
  1. Catat haluaran urinarius setiap jam dan berat jenisnya
R : penurunan haluaran urin dengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penuruynan perfungsi ginjal yang dihubungkan dengan perpindahan cairan dan vasokonstriksi relatif
  1. Pantau TTV pasien
R : Memantau TTV pasien
  1. Palpaasi denyut perifer
R : Denyut yang lemah , mudah hilang data menyebabkan hu[povolemia
  1. Amati adanya udem pada tubuh
R : Kehilangan cairan dari kompertemen vaskuler kedalam ruang interstitial akan menyebabkan edema jaringan
  1. Kaji turgor kulit
R : Hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
  1. Berkan cairan IV
R : Dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif


























PATHWAY
 






























DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ediai 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E.dkk. 2000. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Info Medika  Jakarta.
Kabul Priyantoro,2010. Gangguan Fungsi Jantung Pada Keadaan Sepsis. Jurnal Kardiol Indonesia . 2010;31:177-86







Tidak ada komentar:

Posting Komentar